Kamis, 06 Mei 2010

Binatang pun Bersyukur

cacing Pada suatu hari, Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat Jibril a.s untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu “Kerbau” dan menanyakan kepada si Kerbau apakah dia senang telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai se-ekor kerbau.

Malaikat Jibril a.s segera pergi menemui si Kerbau. Di siang hari yang panas itu si Kerbau sedang berendam disungai yang berlumpur. Malaikat Jibril a.s. mendatanginya, kemudian mulai bertanya kepada si Kerbau, : “Hai Kebau, apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai se-ekor kerbau”. Si Kerbau menjawab: “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai se-ekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri”.

Mendengar itu Malaikat Jibril a.s. segera pergi menemui se-ekor kelelawar. Malaikat Jibril a.s. mendatanginya se-ekor kelelawar yang siang hari itu sedang tidur bergantungan (bergelantungan) di dalam goa. Kemudian Jibril a.s. mulai bertanya kepada si kelelawar: “Hai Kelelawar, apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai se-ekor kelelawar”. Jawab Kelelawar: “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai se-ekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya sebagai se-ekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggalnya didalam tanah yang becek, berjalannya saja menggunakan perutnya”, jawab si Kelelawar.

Mendengar jawaban itupun Malaikat Jibril a.s segera pergi menemui se-ekor cacing yang sedang merayap diatas tanah. Malaikat Jibril a.s bertanya kepada si Cacing: “Wahai Cacing kecil, apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai se-ekor cacing”. Si Cacing menjawab: “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai se-ekor cacing, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai se-orang manusia.

Apabila manusia tidak memiliki: “Imam, islam, ikhsan, bertakwa yang sempurna dan tidak beramal salih, tidak ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak mempergunakan akalnya dan hatinuraninya, maka ketika manusia mati, mereka akan disiksa selama-lamanya di-neraka, lebih hina dari pada aku (cacing), lebih hina daripada binatang, karena binatang kalau mati semua lebur menjadi air dan tanah, sedangkan manusia kalau mati, (ruhnya, jiwanya, nafsunya) harus mempertanggungjawabkan pendengaran, penglihatan, akalnya, hati nuraninya dan segala perbuatannya didunia”. (Dikutip dari 1001 Kisah Teladan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar